28.5.09

Kita Dekat dengan Kematian Kita

Kubenamkan diriku dalam kasur busa di kamar kostku. Aku bisa merasakan denyut jantungku. Artinya aku masih hidup! Alhamdulillah..
Aku tak pernah bisa membayangkan jika saja denyut itu berhenti, mungkin tak seorangpun yg tau aku mati sampai mereka menemukanku membusuk di dalam kamar (ironis dan hiperbolis sekali).

Aku senang mendengar denyut jantungku.
Berkali-kali ku benamkan diriku tengkurap dan telinga kutempelkan di sana.
Berirama, teratur, tidak cepat, tidak lambat.
Selamat!! Semoga aku tidak menderita kelainan jantung... Insya Allah.

****

Tak seorangpun dari kita akan pernah bisa membayangkan betapa berharganya hidup ini.
What a priceless life, even in every second of it.
Tak ada yg tau kapan malaikat Izrail akan mencabut nyawa kita. Dengan kata lain, kita tak kan pernah tau kapan tanggal kematian kita.
Aku berharap orang-orang terdekatku tidak begitu berduka atas kepergianku nanti. Karena kuharap aku akan dikenang atas segala hal yg telah kulakukan untuk orang-orang yg kucintai.
Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama...


****

Aku tak pernah tau tanteku akan meninggal tak sampai seminggu setelah kepergianku untuk pendidikan di Kopassus. Bahkan aku masih ingat sehari sebelum keberangkatanku, kami beres-beres di kamarku untuk menyiapkan barang-barang dalam koper.
Saat itu mama papa sedang naik haji, sehingga kedua tanteku yg mengecek segala kebutuhanku.

Aku masih ingat saat dia mengirim sms terakhirnya untuk berpesan bahwa aku tak perlu khawatir dengan keadaan rumah (hanya ada kakak dan adikku di rumah), dia akan mengabari keadaanku pada mama papa (malam itu terakhir kali aku memegang HP di Kopassus). Aku bahkan tak bisa tenang saat pelatih meminta kami berbaring terlentang untuk tidur sejenak di lapangan saat itu. Sementara orang lain tidur, aku malah menangis tersedu-sedu. Aku berpikir tentang keadaan mama papa yg akan pulang dg selamat dari tanah suci Makkah, kakak dan aldy yg kutinggal di rumah kuharap baik-baik saja, nenek yg sedang sakit, dan ku harap tanteku baik-baik saja saat melahirkan, dan seseorang yg kutinggalkan ke bogor semoga tidak benar-benar sekarat).

Aku tak pernah membayangkan tanteku akan meninggal sesaat setelah melahirkan anaknya dan mengalami pendarahan hebat, bahkan kata papa pembuluh darah otak tante pecah saat itu.
Aku tak pernah tau dia akan pergi di umurnya ke-35 meninggalkan suami dan 2 anaknya.

****

Aku juga tak pernah membayangkan temanku Gita akan meninggal saat operasi pengangkatan tumor di rongga jantungnya. Aku berpikir dia akan baik-baik saja, bahkan dokter-dokternya saat itu didatangkan dari Jakarta.
Aku tak pernah tau dia akan pergi di umurnya ke-23 meninggalkan kedua orangtuanya, 2 adik laki-lakinya dan meninggalkan kami untuk selamanya.

****

Aku tak pernah berpikir bahwa sesorang yg telah beberapa kali divonis masih bisa bertahan sampai saat ini. Setelah 10 hari kutinggalkan tanpa kabar, aku masih bisa mendengar suaranya di hari ke-11 setelah itu. Tapi aku tak pernah tahan dan selalu khawatir saat dia mengatakan sakit kepala, atau jantungnya berdetak cepat, atau kudengar suara nafasnya sesak, dan lain sebagainya. Aku khawatir dia juga akan pergi. Harus ada seseorang yg menjagamu di sana dan aku tak bisa. Tapi aku sungguh bersyukur masih bisa mendengar nafasmu sampai saat ini.

****

Aku tak ingin tau tanggal kematianku, biarlah itu menjadi rahasia Allah.
Jika saja hari itu datang, aku hanya minta beberapa hal ya Rabb...
Ku mohon jangan persulit cara kematianku.
Ku mohon ingatkan aku agar tak lupa untuk selalu mengingat dan menyebut nama-Mu di penghujung nyawaku.
Ku mohon aku bisa merasakan surga setelah neraka -ku sadar aku pasti punya dosa- bersama orang-orang yg kusayangi dan kucintai sepanjang hidupku.

Sungguh, tiap manusia itu sangat dekat dengan kematiannya.

@280509.2050

Tidak ada komentar:

Posting Komentar